Pencegahan dan Pertolongan Pertama pada Hipotermia di Gunung

Mendaki gunung selalu membawa pengalaman seru, tetapi juga penuh risiko. Salah satu bahaya paling sering mengintai di ketinggian adalah hipotermia, kondisi ketika suhu tubuh turun di bawah normal sehingga organ vital terganggu. Banyak kasus hipotermia terjadi karena pendaki kurang persiapan, tidak mengenali tanda awal, atau abai terhadap kondisi cuaca.

Agar perjalanan lebih aman, penting bagi setiap pendaki memahami dua hal utama: bagaimana mencegah hipotermia sejak awal, serta apa yang harus dilakukan sebagai pertolongan pertama jika kondisi ini terjadi. Artikel ini akan mengulas keduanya, dilengkapi dengan poin tambahan yang sering terlewat tetapi sangat penting.

hipotermia suryakencana beku
Suhu dingin di Surya Kencana

Langkah Pencegahan Hipotermia Saat Mendaki

Pencegahan adalah kunci utama. Dengan perencanaan dan perlengkapan yang tepat, risiko hipotermia bisa diminimalisir. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan.

1. Gunakan Sistem Pakaian Berlapis (Layering)

Gunakan tiga lapisan: base layer untuk menyerap keringat, mid layer untuk menjaga panas, dan outer layer tahan angin serta air. Hindari katun karena mudah lembap dan sulit kering.

2. Jaga Tubuh dan Pakaian Tetap Kering

Bawalah jas hujan, rain cover, dan pakaian cadangan. Segera ganti pakaian basah dengan yang kering saat tiba di pos atau tenda.

3. Penuhi Asupan Energi dan Cairan

Makan dan minum secara teratur. Bawa makanan ringan berkalori tinggi seperti cokelat, kacang, atau energy bar untuk menjaga metabolisme tetap bekerja.

4. Atur Ritme Pendakian

Jangan terlalu memaksakan diri hingga kelelahan. Ritme yang terlalu cepat membuat tubuh cepat berkeringat dan mudah kedinginan ketika berhenti. Lebih baik berjalan stabil dengan istirahat teratur.

5. Hindari Mendaki Sendiri

Mendaki berkelompok memungkinkan saling mengawasi kondisi tubuh. Jika ada tanda-tanda hipotermia, rekan bisa segera memberikan bantuan.

6. Perhatikan Musim dan Cuaca

Musim hujan meningkatkan risiko hipotermia karena jalur licin, cuaca basah, dan kabut tebal. Pilih waktu mendaki di musim kemarau jika ingin lebih aman, tetapi tetap siapkan perlengkapan dingin.

7. Persiapkan Peralatan Darurat

Bawa emergency blanket, sarung tangan, kupluk, dan kaus kaki cadangan. Barang-barang kecil ini sering diabaikan, padahal sangat membantu mempertahankan suhu tubuh.

Pertolongan Pertama Jika Hipotermia Terjadi

Jika pencegahan gagal dan hipotermia muncul, pertolongan pertama harus dilakukan dengan cepat dan tenang. Berikut langkah-langkah yang disarankan.

1. Pindahkan ke Tempat yang Lebih Hangat

Lindungi korban dari angin, hujan, atau tanah basah. Bawa ke tenda atau buat perlindungan darurat dengan flysheet. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering.

2. Hangatkan Tubuh Secara Bertahap

Gunakan sleeping bag, selimut, atau emergency blanket. Jika memungkinkan, lakukan body to body warming dengan rekan untuk mentransfer panas alami.

3. Beri Minuman dan Makanan Hangat

Jika korban masih sadar, berikan minuman manis hangat dan makanan berenergi. Hindari kopi, teh kental, atau alkohol karena justru memperburuk dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh lebih cepat.

4. Jangan Beri Panas Ekstrem

Jangan menempelkan korban langsung pada api unggun atau air panas. Perubahan suhu ekstrem bisa menyebabkan aritmia (gangguan irama jantung) yang berbahaya.

5. Awasi Kondisi Secara Terus-Menerus

Periksa pernapasan, kesadaran, dan detak jantung korban. Jika kondisi memburuk (korban tidak responsif atau sulit bernapas), segera cari bantuan medis setelah pertolongan awal dilakukan.

Poin Tambahan yang Sering Terlupakan

Selain pencegahan dan pertolongan pertama, ada beberapa hal lain yang penting diperhatikan terkait hipotermia di gunung.

1. Kenali Tanda Awal Sedini Mungkin

Tanda awal seperti menggigil hebat, bicara cadel, atau bibir kebiruan sering dianggap biasa. Padahal, ini sudah gejala awal hipotermia. Deteksi dini sangat menentukan keberhasilan penanganan.

2. Gunakan Peralatan Tidur yang Memadai

Sleeping bag dengan spesifikasi sesuai ketinggian dan suhu lingkungan sangat penting. Jangan hanya mengandalkan selimut tipis atau jaket. Alas tidur (matras) juga diperlukan untuk mengurangi kontak langsung dengan tanah dingin.

3. Manfaatkan Logistik Kelompok

Dalam kondisi darurat, gunakan semua sumber daya kelompok: gabungkan sleeping bag, berbagi pakaian hangat, atau memasak minuman hangat. Solidaritas kelompok sangat menentukan.

4. Istirahat Cukup di Jalur

Kelelahan membuat tubuh lebih rentan terhadap hipotermia. Pastikan ada jeda istirahat teratur untuk mengembalikan tenaga, bukan hanya sekadar berhenti ketika benar-benar lelah.

5. Hindari Rokok dan Alkohol

Rokok dan alkohol sering dianggap “penghangat”, padahal justru mempersempit pembuluh darah dan mempercepat hilangnya panas tubuh. Saat mendaki, sebaiknya hindari keduanya.

Penutup

Hipotermia adalah salah satu risiko paling berbahaya di gunung, tetapi bisa dihindari dengan persiapan yang tepat. Pencegahan melalui pakaian berlapis, menjaga tubuh tetap kering, konsumsi energi, hingga peralatan darurat wajib dilakukan setiap pendakian. Jika hipotermia terjadi, lakukan pertolongan pertama dengan cepat: lindungi dari cuaca, hangatkan secara bertahap, beri minuman hangat, dan awasi kondisi korban.

Dengan memahami pencegahan, pertolongan pertama, serta poin tambahan yang sering terlupakan, pendakian akan jauh lebih aman. Ingat, mendaki bukan hanya tentang menaklukkan puncak, tapi juga tentang bagaimana kita kembali turun dengan selamat dan sehat.