Flora dan Fauna Gunung Gede Pangrango

Gunung Gede Pangrango bukan sekadar dua puncak kembar yang menjulang gagah di Jawa Barat. Kawasan ini menyimpan hutan tropis pegunungan yang menjadi rumah bagi ribuan spesies tumbuhan dan satwa liar. Dari bunga edelweiss yang tumbuh di padang subalpin, hingga owa jawa yang bersahutan di lembah Bodogol, taman nasional ini adalah potret keindahan dan keseimbangan alam yang nyaris sempurna.

Sebagai bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), kawasan ini telah lama menjadi pusat konservasi dan penelitian. Dengan luas hampir 22 ribu hektar dan ketinggian antara 600 hingga 3.019 mdpl, Gede Pangrango menjadi perwakilan terbaik hutan pegunungan barat Pulau Jawa wilayah yang kini kian langka keberadaannya.

flora dan fauna gunung gede pangrango

Fakta Singkat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

  • Luas kawasan: ±21.975 hektar
  • Ketinggian: 600–3.019 mdpl
  • Spesies tumbuhan: ±1.500 jenis (termasuk 10 dilindungi)
  • Spesies satwa: ±300 jenis (50 mamalia, 260 burung, 30 reptil)
  • Spesies endemik penting: Owa Jawa, Surili, Macan Tutul Jawa, Elang Jawa
  • Status: Cagar Biosfer UNESCO (sejak 1977)
  • Wilayah: Bogor, Cianjur, Sukabumi

Ekosistem dan Zona Vegetasi

Kawasan Gede Pangrango memiliki ekosistem bertingkat yang terbentuk oleh variasi ketinggian dan suhu. Mulai dari hutan hujan lembap di lereng bawah, hingga vegetasi subalpin di puncak yang ditumbuhi padang edelweiss.

Empat zona utama membentuk keanekaragaman hayati taman nasional ini:

Zona Ketinggian Ciri Vegetasi
Submontana 1.000–1.500 mdpl Didominasi oleh puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), dan saninten (Castanopsis argentea). Hutan lembap dengan tajuk rapat dan vegetasi bawah yang rimbun.
Montana 1.500–2.400 mdpl Vegetasi lebat berisi jamaju (Dacrycarpus imbricatus), ki putri (Podocarpus imbricatus), serta berbagai pohon tinggi khas hutan pegunungan.
Subalpin 2.400–2.900 mdpl Vegetasi mulai beralih ke semak, lumut, dan paku-pakuan. Kondisi lembap dan berkabut hampir sepanjang tahun.
Alpin >2.900 mdpl Vegetasi terbuka seperti padang edelweiss jawa (Anaphalis javanica) di Alun-Alun Surya Kencana dan Lembah Mandalawangi.

Di antara zona-zona itu, Rawa Gayonggong di Cibeureum dan Lembah Bodogol menjadi habitat penting bagi flora air dan fauna tanah yang sangat kaya. Kajian terbaru tahun 2023 menunjukkan bahwa fauna tanah di zona submontana sangat melimpah dan berperan penting dalam menjaga kesuburan hutan.

Flora: Tumbuhan Pegunungan yang Abadi

Gunung Gede Pangrango menampung lebih dari 1.500 jenis tumbuhan berbunga, 400 jenis paku-pakuan, dan lebih dari 120 jenis lumut. Vegetasinya menyusun lapisan-lapisan hutan dari bawah hingga puncak, membentuk sistem ekologis yang rumit namun harmonis.

Jenis-jenis pohon besar seperti puspa (Schima wallichii), rasamala (Altingia excelsa), dan saninten (Castanopsis argentea) menjadi penopang utama hutan bawah. Di zona montana, jamaju (Dacrycarpus imbricatus) dan ki putri (Podocarpus imbricatus) mendominasi kanopi tinggi, sementara lapisan bawahnya dipenuhi anggrek liar dan paku-pakuan.

Flora khas pegunungan seperti edelweiss jawa (Anaphalis javanica) tumbuh di ketinggian di atas 2.400 mdpl, menghiasi Alun-Alun Surya Kencana dan Lembah Mandalawangi dengan pesona putih keperakannya. Di wilayah Bodogol, dapat dijumpai kantong semar (Nepenthes gymnamphora) yang unik serta bunga parasit langka Rafflesia rochussenii yang masih ditemukan mekar beberapa kali dalam dua dekade terakhir.

flora gunung gede pangrango edelweiss
Edelweiss, salah satu Flora ikonik Gede Pangrango

Penelitian terbaru juga menemukan setidaknya 34 spesies tumbuhan paku di kawasan Tapos–Ciherang, menunjukkan bahwa hutan Gede Pangrango tetap menjadi habitat penting bagi flora bawah yang jarang mendapat perhatian.

Fauna: Kehidupan di Balik Hutan

Kekayaan fauna di Gunung Gede Pangrango tidak kalah menakjubkan. Hutan lebatnya menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 300 jenis satwa liar, termasuk spesies endemik dan terancam punah yang hanya hidup di Pulau Jawa.

Mamalia dan Primata

Di antara pepohonan tinggi, suara Owa Jawa (Hylobates moloch) masih terdengar bersahutan setiap pagi. Selain itu, terdapat Surili (Presbytis comata), Ajag (Cuon alpinus), Kijang (Muntiacus muntjak), serta Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) predator puncak yang kini hanya tersisa di beberapa taman nasional saja. Kamera trap masih berhasil merekam keberadaannya di kawasan Pasir Tengah dan Bodogol.

owa jawa fauna gunung gede
Owa jawa (hylobates moloch) salah satu hewan endemik yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. (instagram.com/markleonspence)

Burung Pegunungan

Gunung Gede juga dikenal sebagai surga bagi lebih dari 260 spesies burung, termasuk Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) yang menjadi simbol negara, Celepuk Gunung (Otus angelinae), dan Cerecet Jawa (Psaltria exilis) salah satu burung terkecil di dunia. Studi terbaru di kawasan restorasi Nagrak menunjukkan 33 spesies burung dari 22 famili berhasil kembali menghuni area hutan yang dipulihkan, menandakan keberhasilan program rehabilitasi.

Reptil dan Amfibi

Di area basah seperti Cibeureum dan Bodogol, ditemukan berbagai amfibi langka seperti Katak Pohon Jawa (Rhacophorus margaritifer), Kodok Merah (Leptophryne cruentata), serta Nyctixalus margaritifer, yang dikenal sensitif terhadap perubahan suhu dan kelembapan. Hewan melata seperti Ular Hijau Gunung (Trimeresurus puniceus) juga menjadi penghuni tetap hutan pegunungan bagian bawah.

Kekayaan fauna ini menunjukkan betapa vitalnya Gunung Gede Pangrango sebagai habitat alami bukan hanya bagi spesies besar seperti macan tutul dan elang, tetapi juga bagi satwa kecil yang menopang rantai kehidupan di dasar ekosistem.

Konservasi dan Pemulihan Ekosistem

Upaya menjaga keseimbangan alam di kawasan ini dilakukan melalui berbagai program konservasi dan penelitian. Ribuan pohon asli seperti puspa dan rasamala telah ditanam kembali di area restorasi Nagrak dan Bodogol. Pemantauan satwa dilakukan secara berkala dengan kamera trap dan Integrated Patrol Program (IPP) untuk mengurangi perburuan.

Kolaborasi antara Balai Besar TNGGP, BRIN, IPB, dan organisasi konservasi terus berjalan untuk memperkuat fungsi hutan sebagai rumah bagi spesies langka. Di Bodogol, program Pusat Pendidikan Konservasi Alam juga aktif memberikan edukasi kepada pengunjung dan masyarakat sekitar.

Menjaga Harmoni Alam Gede Pangrango

Gunung Gede Pangrango bukan hanya lanskap indah bagi para pendaki, tetapi juga laboratorium hidup yang menjaga keseimbangan alam Jawa Barat. Dengan lebih dari 1.500 spesies tumbuhan dan ratusan satwa liar, taman nasional ini adalah penyangga air, udara, dan kehidupan yang tak ternilai.

Menjaganya berarti menjaga masa depan agar bunga edelweiss tetap mekar, Elang Jawa terus terbang tinggi, dan suara Owa Jawa tidak pernah hilang dari hutan tropis barat Pulau Jawa.


Sering Ditanyakan (FAQ)

1. Apa saja flora khas yang tumbuh di Gunung Gede Pangrango?

Flora khas di TNGGP meliputi puspa, rasamala, saninten, jamuju, dan berbagai jenis anggrek hutan. Di ketinggian di atas 2.400 mdpl, tumbuh edelweiss jawa (Anaphalis javanica), sementara di Bodogol ditemukan kantong semar dan bunga langka Rafflesia rochussenii.

2. Hewan langka apa yang hidup di kawasan Gunung Gede Pangrango?

Beberapa satwa endemik penting antara lain Owa Jawa, Surili, Macan Tutul Jawa, Elang Jawa, serta Ajag. Selain itu, ada juga berbagai jenis burung, reptil, dan amfibi langka seperti katak pohon jawa dan kodok merah.

3. Berapa banyak spesies yang hidup di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango?

Tercatat sekitar 1.500 jenis tumbuhan berbunga dan lebih dari 300 jenis satwa liar, mencakup 50 mamalia, 260 burung, 30 reptil, dan beberapa jenis amfibi endemik.

4. Di mana tempat terbaik untuk melihat flora dan fauna di Gede Pangrango?

Wilayah Bodogol cocok untuk pengamatan satwa seperti Owa Jawa dan burung, sementara jalur Cibodas dan Alun-Alun Surya Kencana menjadi lokasi populer melihat flora pegunungan seperti edelweiss.

5. Apa upaya yang dilakukan untuk melindungi flora dan fauna di Gede Pangrango?

Balai Besar TNGGP menjalankan program restorasi hutan, pemantauan satwa kunci seperti Elang Jawa dan Owa Jawa, serta pendidikan konservasi di Pusat Edukasi Bodogol.

Referensi

  1. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. (2013). Laporan Kajian Flora dan Fauna Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
    https://id.scribd.com/doc/257204881/Doc1-3-2-TR-2013-Laporan-Kajian-Flora-Dan-Fauna-TNGGP
  2. KSDAE KLHK. (2023). Penghuni Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
    https://ksdae.menlhk.go.id/info/9904/penghuni-taman-nasional-gunung-gede-pangrango.html
  3. BRIN eJournal. (2023). Dinamika Pertumbuhan Pohon di Hutan Restorasi Bodogol.
    https://ejournal.brin.go.id/berita_biologi/article/download/812/1222
  4. IPB Repository. (2023). Kelimpahan Fauna Tanah di Vegetasi Submontana TNGGP.
    https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/121787
  5. Wikipedia. (2025). Mount Gede Pangrango National Park.
    https://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Gede_Pangrango_National_Park