Bolehkah Mendaki Gunung Gede Saat Haid? Yuk Simak Ulasannya

Pertanyaan ini sering muncul di kalangan pendaki wanita: Apakah aman mendaki gunung saat menstruasi? Lebih spesifik lagi, bagaimana dengan aturan di Gunung Gede Pangrango, salah satu gunung favorit di Jawa Barat?

Jawabannya tidak sesederhana ya atau tidak. Dari sisi medis, wanita yang sedang haid sebenarnya boleh melakukan aktivitas fisik termasuk mendaki gunung, selama kondisi tubuh sehat dan persiapan dilakukan dengan baik. Namun, menurut aturan resmi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), wanita hamil maupun haid disarankan untuk tidak melakukan pendakian.

Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita menyikapi dua sudut pandang ini? Mari kita bahas lebih dalam.

mendaki gunung gede saat haid

Sudut Pandang Medis: Boleh, Tapi Penuh Risiko

Secara medis, menstruasi tidak termasuk kondisi yang melarang seseorang untuk beraktivitas berat. Bahkan, olahraga ringan saat haid justru bisa membantu mengurangi nyeri. Namun, mendaki gunung jelas berbeda dengan olahraga biasa karena melibatkan fisik, stamina, serta faktor lingkungan.

Beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

  • Nyeri haid & kram perut → bisa mengganggu fokus dan memperlambat langkah.
  • Anemia & kelelahan → menstruasi bisa menyebabkan tubuh lebih mudah lelah, apalagi di ketinggian.
  • Dehidrasi → tubuh kehilangan cairan lebih cepat, sehingga harus rajin minum.
  • Kebersihan intim → jika tidak terjaga, risiko infeksi meningkat.

Tips medis bila tetap mendaki saat haid:

  • Siapkan pembalut/menstrual cup yang memadai.
  • Jaga pola makan dan asupan cairan.
  • Jangan paksakan diri bila tubuh terasa lemah.
  • Usahakan membawa plastik khusus untuk limbah agar tidak mencemari lingkungan.

Baca juga: Panduan Mendaki Gunung Saat Haid

Aturan Resmi TNGGP: Tidak Disarankan

Berdasarkan Ketentuan Pendakian yang berlaku, TNGGP menuliskan dengan jelas bahwa wanita yang sedang hamil atau haid disarankan untuk tidak melakukan pendakian.”

Tujuan aturan ini ada beberapa:

  1. Keselamatan – untuk mencegah risiko kesehatan yang bisa timbul mendadak di jalur pendakian.
  2. Konservasi – limbah pembalut yang tidak terkelola bisa mencemari kawasan hutan.
  3. Manajemen pendakian – meminimalkan potensi evakuasi darurat yang bisa mengganggu kelancaran jalur.

Aturan ini bukan bentuk diskriminasi, melainkan langkah preventif untuk melindungi pendaki itu sendiri sekaligus menjaga kelestarian gunung.

Budaya Lokal & Persepsi Masyarakat

Selain alasan medis dan aturan resmi, ada pula faktor budaya lokal. Di banyak kawasan pegunungan di Indonesia, masih ada anggapan bahwa wanita yang sedang haid dianggap “kurang pantas” atau “tidak suci” untuk melakukan aktivitas di tempat yang dianggap sakral.

Meski sudut pandang ini tidak semua orang percayai, kenyataannya banyak pendaki yang tetap menghormati kepercayaan lokal. Hal ini juga menjadi salah satu alasan kenapa pihak pengelola memberi anjuran khusus terkait pendaki wanita saat haid.

Dampak Praktis di Lapangan

Kasus pendaki wanita yang harus turun lebih cepat karena nyeri haid bukan hal baru. Kram perut atau kelelahan mendadak bisa mengganggu perjalanan tim, bahkan membuat jadwal berubah total.

Selain itu, menjaga kebersihan di jalur pendakian saat menstruasi juga cukup sulit. Jalur Gunung Gede yang dingin dan lembap membuat tubuh lebih rentan, apalagi jika logistik dan perlengkapan tidak lengkap.

Kesimpulan

Jadi, bolehkah mendaki Gunung Gede saat haid?

  • Dari sisi medis → boleh, asal kondisi tubuh sehat dan persiapan ekstra dilakukan.
  • Dari sisi aturan TNGGP → jelas tidak disarankan, demi keselamatan pendaki dan kelestarian alam.
  • Dari sisi budaya lokal → masih ada pandangan tabu, sehingga sebaiknya dihormati.

Kesimpulannya, meskipun medis memperbolehkan, sikap terbaik adalah menghormati aturan resmi TNGGP. Kalau sedang menstruasi, lebih baik menunda pendakian hingga kondisi tubuh fit sepenuhnya. Dengan begitu, pendakian akan lebih aman, nyaman, dan sesuai aturan.


[infogepang_highlight]