Sejarah Letusan Gunung Gede: Kronologi, Dampak, dan Catatan Ahli

Gunung Gede di Jawa Barat bukan hanya terkenal sebagai destinasi pendakian populer, tetapi juga termasuk dalam daftar gunung api aktif di Indonesia. Meski letusan terakhirnya tercatat puluhan tahun lalu[1], catatan sejarah menunjukkan bahwa Gunung Gede pernah beberapa kali meletus dengan dampak signifikan. Artikel ini membahas sejarah letusan Gunung Gede, kronologi erupsi dari masa ke masa, serta potensi aktivitas vulkanik di masa depan.

Sejarah Erupsi Gunung Gede Pangrango

Gunung Gede (2.958 mdpl) dan Gunung Pangrango (3.019 mdpl) dikenal sebagai gunung kembar yang terbentuk dari aktivitas vulkanik ribuan tahun lalu. Berdasarkan catatan kolonial dan penelitian vulkanologi[2], sejarah erupsi Gunung Gede sudah terdokumentasi sejak abad ke-18. Catatan ini penting karena menegaskan status Gunung Gede sebagai gunung api tipe A, yaitu gunung yang pernah meletus setelah tahun 1600 M.

sejarah letusan gunung gede
Kepulan asap dari kawah Gunung Gede tahun 1890 (Wikimedia.org)

Dampak erupsi ini juga berpengaruh pada lanskap alam yang kini menjadi bagian dari objek wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kawah, hutan, dan jalur air yang terbentuk akibat letusan lama justru memberi nilai edukasi dan rekreasi bagi pendaki maupun wisatawan.

Untuk memahami konteks lebih luas, catatan erupsi ini tidak bisa dilepaskan dari Sejarah Gunung Gede Pangrango secara keseluruhan, asal-usul, flora-fauna serta nilai konservasinya.

Letusan Gunung Gede Tahun 1747

Salah satu peristiwa besar adalah letusan Gunung Gede tahun 1747. Erupsi ini menghasilkan awan panas dan aliran lava yang merusak vegetasi hutan. Beberapa sumber kolonial menyebutkan aktivitas erupsi berlanjut hingga 1748[3]. Letusan ini dianggap sebagai salah satu erupsi paling signifikan dalam sejarah gunung tersebut.

Letusan Gunung Gede Tahun 1957

Catatan modern menyebutkan bahwa letusan Gunung Gede 1957 adalah erupsi terakhir yang terdokumentasi jelas[1]. Aktivitasnya berupa lontaran material vulkanik dan keluarnya gas belerang di sekitar kawah. Meski tidak sebesar erupsi abad ke-18, letusan ini menjadi penanda penting bahwa Gunung Gede masih aktif.

Kronologi Letusan Gunung Gede

Berdasarkan catatan sejarah dan penelitian vulkanologi, berikut adalah kronologi letusan Gunung Gede yang pernah tercatat:

  • 1747–1748 → Letusan besar dengan lava dan awan panas[3].
  • 1761 → Aktivitas vulkanik skala kecil.
  • 1840 → Lontaran material vulkanik dan hujan abu.
  • 1852 → Erupsi kecil tercatat dalam laporan kolonial.
  • 1886 → Erupsi dengan aliran lahar yang merusak hutan[2].
  • 1947 → Aktivitas kawah meningkat dengan keluarnya gas.
  • 1957 → Letusan terakhir yang masih tercatat hingga kini[1].

Kronologi ini menunjukkan bahwa meski jarak antar letusan bisa panjang, aktivitas vulkanik Gunung Gede tetap harus dipantau dengan ketat.

Dampak Letusan Gunung Gede

Dampak letusan Gunung Gede bervariasi tergantung skala erupsi. Letusan besar abad ke-18 menghasilkan kerusakan vegetasi hutan dan perubahan bentang alam. Erupsi abad ke-19 lebih banyak berupa hujan abu tipis yang menyebar ke desa-desa sekitar. Aktivitas ini juga membentuk kawah-kawah aktif seperti Kawah Ratu dan Kawah Lanang yang masih bisa disaksikan hingga kini[2].

Bagi masyarakat sekitar, dampak letusan bukan hanya berupa kerusakan alam, tetapi juga gangguan pada pertanian dan sumber air. Hal ini menjadikan Gunung Gede tidak hanya penting dari sisi geologi, tetapi juga berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi di sekitarnya.

Aktivitas Kawah Ratu Gunung Gede

Saat ini, aktivitas Kawah Ratu Gunung Gede masih menjadi perhatian utama. Kawah ini mengeluarkan asap belerang dengan aroma menyengat[1]. Bagi pendaki, lokasi ini menjadi daya tarik wisata edukasi, namun juga area yang harus diwaspadai. PVMBG merekomendasikan agar pendaki tidak terlalu mendekat ke bibir kawah.

Selain Kawah Ratu, terdapat pula Kawah Lanang dan Kawah Baru. Informasi lengkap mengenai kawah dapat dibaca di artikel Kawah Gunung Gede.

Catatan Ahli dan Vulkanologi

Menurut catatan vulkanologi Gunung Gede, pola letusan cenderung freatik dan strombolian berskala kecil[2]. PVMBG menempatkan gunung ini dalam status aktif normal. Artinya, meski tidak sering erupsi, potensi aktivitas vulkanik tetap ada dan perlu diawasi.

Status Aktivitas Gunung Gede Terbaru

Pada 2025, status aktivitas Gunung Gede terbaru masih berada di level normal aktif[1]. Pendakian dibuka, namun dengan pengawasan ketat. PVMBG menegaskan pentingnya disiplin jalur pendakian resmi demi keselamatan.

Potensi Erupsi Gunung Gede di Masa Depan

Meski sudah lama tidak meletus, para ahli mengingatkan bahwa potensi erupsi Gunung Gede di masa depan tetap ada. Sebagai gunung api tipe A, aktivitasnya bisa kembali meningkat kapan saja. Karena itu, pemantauan berkelanjutan menggunakan alat seismik dan satelit terus dilakukan.

Mitigasi dan Edukasi Bencana

Mitigasi bencana Gunung Gede menjadi salah satu prioritas. TNGGP bersama PVMBG rutin melakukan simulasi evakuasi, pemasangan alat seismik, dan sosialisasi kepada warga serta pendaki[4]. Edukasi bencana ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi erupsi di masa depan.

Salah satu bentuk mitigasi yang juga penting adalah pembatasan jumlah pendaki melalui sistem aturan pendakian resmi Gunung Gede. Dengan cara ini, potensi bahaya dari aktivitas kawah bisa diminimalisir sekaligus menjaga kelestarian alam sekitar.

Kesimpulan

Gunung Gede memiliki sejarah letusan panjang sejak abad ke-18 hingga erupsi terakhir tahun 1957. Statusnya masih sebagai gunung api aktif dengan potensi erupsi di masa depan. Meski relatif aman untuk pendakian, kewaspadaan tetap diperlukan. Dengan pemantauan modern dan mitigasi bencana, Gunung Gede bisa tetap menjadi destinasi wisata alam sekaligus pusat edukasi kebencanaan di Jawa Barat.

Selain catatan sejarah erupsinya, banyak fakta menarik Gunung Gede yang membuatnya istimewa. Dari keanekaragaman flora-fauna hingga legenda budaya, semua aspek ini menjadikan Gunung Gede sebagai gunung yang penting secara geologi, ekologi, dan budaya.


FAQ Seputar Letusan Gunung Gede

1. Kapan terakhir Gunung Gede meletus?

Letusan terakhir tercatat pada tahun 1957

2. Apakah Gunung Gede termasuk gunung api aktif?

Ya, Gunung Gede dikategorikan sebagai gunung api tipe A, yaitu pernah meletus setelah tahun 1600 M.

3. Apa potensi erupsi Gunung Gede di masa depan?

Potensi erupsi tetap ada, terutama berupa letusan freatik. Karena itu pemantauan terus dilakukan PVMBG.

4. Apa saja kawah aktif di Gunung Gede?

Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Baru adalah kawah yang masih menunjukkan aktivitas vulkanik.

5. Apakah aman mendaki Gunung Gede saat ini?

Aman, selama mengikuti jalur resmi dan mematuhi aturan Taman Nasional.

6. Berapa kali Gunung Gede tercatat meletus?

Sejak abad ke-18, Gunung Gede tercatat meletus setidaknya tujuh kali, dengan erupsi terakhir tahun 1957.

7. Bagaimana cara memantau status Gunung Gede terbaru?

Status resmi aktivitas Gunung Gede bisa dicek melalui PVMBG, BMKG, atau Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Referensi

  1. PVMBG – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
    https://vsi.esdm.go.id
    ↩︎
  2. Van Bemmelen, R.W. (1949). The Geology of Indonesia. The Hague: Government Printing Office.
    ↩︎
  3. Radar Sukabumi – Mengulas Sejarah Erupsi Gunung Gede.
    Link
    ↩︎
  4. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Resmi).
    https://gedepangrango.org
    ↩︎